§ Tahukah
anda apa itu angka peroksida??
Angka
peroksida atau bilangan peroksida merupakan suatu metode yang biasa digunakan
untuk menentukan degradasi minyak atau untuk menentukan derajat kerusakan
minyak.
§Berapa
standar mutu minyak goreng yang baik bagi tubuh??
Di Indonesia
standar mutu minyak goreng ditentukan melalui SNI 01-3741-1995 yaitu
sebagai berikut :
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida
adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida
dilakukan dengan titrasi iodometri.
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah
bilangan peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur
kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi
oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau
minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan
selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida
rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan
dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat
mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi lemak oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara,
sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan.
Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada
minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen,
cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi.
Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi minyak.
Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan berkurang pada
suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini
hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan
cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal
bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi,
selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan
peroksida dan radikal bebas yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan
flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih
dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau
yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak
akan berbau tengik.
Penentuan Angka Peroksida
Tujuan : Untuk menentukan
degradasi/ derajat kerusakan pada lemak dan minyak.
Prinsip : Larutan contoh sampel dalam asam asetat glasial dan chloroform direaksikan dengan larutan KI. Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar Natrium Thiosulfat
Alat : Neraca Analitik, Erlenmayer
250 ml, Buret + Statif, Pipet Ukur/ Gondok , Pipet tetes, Parafilm,
dll.
Bahan :
1. Sampel
( Minyak goreng )
2. Pelarut, terdiri
dari asam asetat glasial (CH3COOH 100%) dan Chloroform (CHCL3)
dengan perbandingan 3 : 2. Cara membuatnya yaitu dengan memasukkan 600 ml asam asetat
glasial ke dalam botol berwarna gelap dan kemudian ditambahkan dengan 400 ml kloroform.
3. KI Jenuh, Larutan
kalium iodida jenuh dibuat dengan menambahkan kristal kalium iodida (KI) ke
dalam aquades sampai kristal tersebut menjadi tidak larut.
4. Aquades
5. Natrium Thiosulfat ( Na2S2O3.5H2O ) 0,01 N. Cara
membuat : Ditimbang 2,4817 gram kristal Na2S2O3.5H2. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml. Larutan
dipindahkan ke dalam labu ukur 1 L. Ditambahkan aquades sampai tanda dan dihomogenkan.
6. KIO3 0,01 N. Cara membuat : Ditimbang 0,0356 gr gram kristal KIO3. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml larutkan dengan
aquades sedikit saja. Kemudian
larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100
ml. Ditambahkan aquades sampai tanda dan dihomogenkan.
7. KI 5%. Cara membuat : Ditimbang 5 gr gram kristal KI. Dimasukkan
ke dalam gelas kimia 250 ml larutkan dengan aquades sedikit saja. Kemudian larutan
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan aquades sampai tanda
dan dihomogenkan.
8. H2SO4 2N
9. Amilum 1%. Larutan amilum dibuat dengan menambahkan 1
gram serbuk amilum ke dalam 100 ml aquades, kemudian di panaskan hingga
mendidih sambil diaduk, kemudian didinginkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Larutan amilum dibuat beberapa saat sebelum dilakukan titrasi untuk mencegah
rusaknya amilum.
Prosedur Kerja :
Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan KIO3
2 Dipipet 10 ml larutan standar KIO3 dan masukkan
dalam erlenmeyer. Tambahkan 5 ml KI 5 % dan 5 mL H2SO4 2N titrasi dengan Na2S2O3 0,01
N sampai terjadi warna kuning muda ( kocok pelan - pelan, titran cepat ).
3 Tambahkan dengan indikator amylum 1 %
sebanyak 1 ml sehingga berubah warna menjadi biru. Titrasi dilanjutkan dengan
Na2S2O3 0,01 N sampai warna biru tepat hilang ( kocok kuat,
titran tetes demi tetes ).
Gambar :
a. Gambar standarisasi sebelum dititrasi b. Hasil akhir standarisasi setelah dititrasi
Penentuan standarisasi angka peroksida
Refrensi
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/analisis%20lipid.pdf
AOAC, 1990. Official
Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington, D.C : AOAC
inc.