SPESIMEN
Urinalisis adalah analisis fisik,
kimia, dan mikroskopik terhadap urin. Urinalisis berguna untuk untuk
mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi
adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang
berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan
uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein,
sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan
jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang
beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus
memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang
diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine
sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah
yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan
yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin.
Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan
gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air
kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena
dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4
jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain
: unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam,
urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami
oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan
badan keton, jika ada, akan menguap.
Warna, tampilan dan bau urin diperiksa, serta
pH,, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa dengan strip reagen. Berat
jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan
mikroskopik sedimentasi urin dilakukan untuk mendeteksi sel darah merah
atau sel darah putih di dalam urin, sedimen, kristal dan bakteri.
· Strip Reagen = nama lain dipstick
= metode carik celup
Dipstick adalah strip
reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid yang
mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa.
Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya
adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah,
keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Pemeriksaan Urine Metode Carik Celup
Cara penggunaanya mudah, strip
dicelupkan ke dalam urine, warna strip untuk setiap kategori akan berubah
sesuai kandungan zat yang ada dalam urin dan menunjukkan keberadaan zat yang
diperiksa (gula, protein dsb) atau tinggi rendahnya zat dalam urine tersebut
(keasamannya, berat jenisnya dsb).
Alat & Bahan
1. Alat
- Wadah Carik celup sebagai
standar warna
- Clinitex Status, Urisys
1100/alat baca urin lainnya
2. Bahan
- Urin kontrol Level 1 dan
Level 2
- Sampel urin
- Reagen carik celup tujuh
indikator
Cara Kerja
1.
Basahi seluruh permukaan
reagen carik dengan sampel urin dan tarik carik dengan segera, Kelebihan urin
diketukkan pada bagian bibir wadah urin
2.
Kelebihan urin pada bagian
belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik tersebut pada kertas
agar menyerap urin dibagian tersebut
3.
Peganglah carik secara
horizontal dan banding kan dengan standar warna yang terdapat pada label wadah
carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada standar carik
atau dibaca dengan alat Clinitex Status
Pengamatan dan Interpretasi Hasil Pemeriksaan Carik Celup
Parameter Nilai Normal :
Parameter Nilai Normal :
1.
Leukosit : negative
2.
Nitrit : negative
3.
Urobilinogen : negatif atau 0,2 EU/dL
4.
Protein : negative
5.
PH : 5,0 – 8,5
6.
Darah : negative
7.
Berat jenis : 1.000-1.030
8.
Keton : negative
9.
Bilirubin : negative
10. Glukosa : negatif
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup
wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik.
Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau
dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna
diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang
biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk
setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat
atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan
instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam
pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu
harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera
dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus
segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar,
dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan
bahwa tidak ada perubahan warna.
Pemeriksaan
Keasaman (pH) Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol
blue yang terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai dengan
pH urin
Filtrat glomerular plasma darah biasanya
diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar
6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat
berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang
basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang
lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa
jug adapt mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab
bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat
memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur
mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami
lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine
dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut
ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
·
pH
basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih
(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi
alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
·
pH
asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis
sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau
metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi
pengasaman.
Prinsip : Bilirubin dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium
floroborat) dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna merah
violet.
Bilirubin
yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena
tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan
ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada
ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif,
kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Secara
normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian
hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi
dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam
air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum.
Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak,
sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.
Prosedur : Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji Fouchet (Harison spot test) dengan
feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai
karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji
tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
1. Reaksi diazo
Kumpulkan
spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik reagen
(dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya
dengan bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument
otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara
visual.
2. Uji Fouchet
Ke
dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat
jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant,
tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan warna yang
terjadi.Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif jika
terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus dilakukan
dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan sinar matahari
(sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi
biliverdin.
Nilai Rujukan : Normal adalah Negatif (kurang dari
0.5mg/dl)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi
Temuan Laboratorium :
1.
Uji dengan reaksi Diazo
· Reaksi negatif palsu terjadi
bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi
biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
· Hasil positif palsu dapat
dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi berwarna merah
(lihat pengaruh obat)
2.
Uji Fouchet
·
Reaksi negative palsu terjadi
bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan pemeriksaan.
·
Reaksi positif palsu oleh
adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.
Pemeriksaan
Protein Urine Metode Carik Celup
Prinsip : 3’3’5’5’tetrachlorofenol-3,4,5,6 tetrabromosulfo-phtalein (bufer) dengan
protein akan membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai hijau tua. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10
mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah
kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis.
Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat
menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin.
Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein
tinggi.
Protein
terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin
merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan
karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.Dipsticks
mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif
terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones,
dan mukoprotein
Biasanya,
hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh
tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Dengan menggunakan spesimen
urin acak (random) atau urin sewaktu, protein dalam urin dapat dideteksi
menggunakan strip reagen (dipstick). Normal ekskresi protein biasanya
tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah
kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging
dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga
dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan
proteinuria selama usia 3 hari pertama.
Prosedur
1. Spesimen urin acak (random)
Kumpulkan spesimen acak
(random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu
selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan
warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk
memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Dipstick mendeteksi protein
dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi
kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
2. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam,
masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika perlu,
tambahkan bahan pengawet. Ukur kadar protein dengan metode kolorimetri
menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi otomatis.
Nilai Rujukan : Urin acak hasil negatif (≤15 mg/dl) dan Urin 24 jam hasil 25 – 150 mg/24 jam.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1. Hasil positif palsu dapat
disebabkan oleh hematuria, tingginya substansi molekular, infus
polivinilpirolidon (pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat),
pencemaran urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit,
klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8)
2. Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh urine yang sangat encer, urine sangat asam (pH di bawah 3)
Pemeriksaan
Glukosa Urine Metode Carik Celup
Prinsip : D-glukosa oleh enzim glukosa oksidase diubah menjadi D-glukonolakton dan
H2O2. H2O2 yang erbentuk akan mengoksidasi kromogen membentuk senyawa berwarna
coklat.
Kurang
dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin
(kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai
untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk
pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD),
peroksidase (POD) dan zat warna. Darah disaring oleh jutaan
nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi
produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida),
asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk
direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa)
diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke
dalam urin.
Kurang
dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena
nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau
8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Prosedur :
Uji
glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat
glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa
pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan
hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa,
dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam
homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin
C, dsb. Metode carik celup (dipstick) dinilai
lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat
singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase
(GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin
yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan
adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi. Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan
spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam
urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan
dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih
dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :
· Hasil uji positif palsu dapat
disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit, atau
klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4)
· Hasil negatif palsu dapat
disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat, salisilat dalam
jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan
terutama bila disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat
mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.
Nilai Rujukan : Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)
Pemeriksaan Keton
Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Natriumnitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam acetoasetat dan
aseton yang bersifat basa membentuk senyawa yang berwarna violet
Badan
keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk
menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat
dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber
energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila
kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi
ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah
melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine
terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria
disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet
tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat
(kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes),
sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Badan
keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam
β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan
untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme
karbohidrat (mis.Diabetes melitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan
karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat),
gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan
mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan
kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan
cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis.
Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50
mg/dl.
Keton
memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun,
kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru
urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang
dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Prosedur :
Kumpulkan
spesimen urine secara acak (urin random atau urin sewaktu). Urin harus segar
dan ditampung dalam wadah tertutup rapat. Pengujian harus segera dilakukan,
karena penundaan pengujian lebih lama dapat menyebabkan temuan negatif palsu.
Hal ini dikarenakan keton mudah menguap. Uji ketonuria dapat dilakukan dengan
menggunakan tablet Acetest, atau strip reagen (dipstick) Ketostix
atau strip reagen multitest (mis. Combur, Multistix, Arkray, dsb).
Uji
ketonuria dengan tablet Acetest digunakan untuk mendeteksi dua keton utama,
yaitu aseton dan asam asetoasetat. Letakkan tablet Acetest di atas kertas
saring atau tissue, lalu teteskan urin segar di atas tablet tersebut. Tunggu
selama 30 detik. Amati perubahan warna yang terjadi pada tablet tersebut; jika
berubah warna menjadi berwarna lembayung terang – gelap, maka uji keton
dinyatakan positif.
Uji
ketonuria dengan strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest) lebih
sensitif terhadap asam asetoasetat daripada aseton. Celupkan strip reagen ke
dalam urin. Tunggu selam 15 detik, lalu amati perubahan warna yang terjadi.
Bandingkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis
lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Nilai Rujukan : Dewasa dan anak hasil uji keton negatif (kurang dari15 mg/dl)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi
Hasil Laboratorium :
· Diet rendah karbohidrat atau
tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu. • Obat tertentu (Lihat
pengaruh obat)
· Urin disimpan pada temperature
ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu
· Adanya bakteri dalam urin
dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat
· Anak
penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada penderita
dewasa.
Pemeriksaan
Urobilinogen Urine Metode Carik Celup
Prinsip : Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa azo yang berwarna merah
Empedu
yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati
melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan
kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan
ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau
terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi
batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai
pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia
hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis
infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan
kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen
urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati
yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi
yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil
positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan
oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah
kecil urobilinogen.
Urobilinogen Urine :
Empedu,
yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah
besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui
aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira
sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.
Ekskresi
urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar
puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel
dilakukan pada jam-jam tersebut.
Prosedur :
1. Spesimen urin sewaktu
Urine harus dalam keadaan
masih segar dan harus segera diperiksa. Uji dapat dilakukan sebagai bagian dari
analisis urin rutin, menggunakan strip reagen (dipstick) atau pereaksi Erlich.
Celupkan strip reagen ke dalam urin, tunggu 30 detik. Amati perubahan warna dan
bandingkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis
lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
2. Spesimen urin 2 jam
Kumpulkan specimen urin di
antara jam 13.00 – 15.00, atau antara jam 14.00 – 16.00, karena urobilinogen
mencapai puncaknya di siang hari pada jam-jam tersebut. Urin harus disimpan
dalam lemari pendingin dan tempat yang gelap; urin harus segera diperiksa dalam
30 menit karena urobilinogen dapat teroksidasi menjadi urobilin (zat oranye).
Uji dapat dilakukan dengan menggunakan strip reagen (dipstick).
3. Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam,
masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika perlu
tambahkan bahan pengawet. Jauhkan urin dari pajanan cahaya. Tunda pemberian obat
yang dapat mempengaruhi hasil uji selama 24 jam atau sampai uji selesai
dilakukan. Jika obat memang harus diberikan, cantumkan nama obat tersebut pada
formulir laboratorium. Uji dilakukan dengan menggunakan strip reagen
(dipstick).
Nilai Rujukan
·
Urin acak : negatif (kurang
dari 2mg/dl>
·
Urin 2 jam : 0.3 – 1.0 unit
Erlich
·
Urin 24 jam : 0.5 – 4.0 unit
Erlich/24jam, atau 0,09 – 4,23 µmol/24 jam (satuan SI)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
1.
Reaksi positif palsu
a. Pengaruh obat : fenazopiridin
(Pyridium), sulfonamide, fenotiazin, asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin
mandelat (Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, pemakaian pengawet
formaldehid.
b. Makanan kaya karbohidrat dapat
meninggikan kadar urobilinogen, oleh karena itu pemeriksaan urobilinogen
dianjurkan dilakukan 4 jam setelah makan.
c. Urine yang bersifat basa kuat
dapat meningkatkan kadar urobilinogen; urine yang dibiarkan setengah jam atau
lebih lama akan menjadi basa.
2.
Reaksi negatif palsu
a. Pemberian antibiotika oral atau
obat lain (ammonium klorida, vitamin C) yang mempengaruhi flora usus yang
menyebabkan urobilinogen tidak atau kurang terbentuk dalam usus, sehingga
ekskresi dalam urine juga berkurang.
b. Paparan sinar matahari
langsung dapat mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilin.
c. Urine yang bersifat asam
kuat.
Pemeriksaan Berat Jenis Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Bromthymol blue dengan methyl
vinyl ether maleic acid sodium salt akan memberikan warna pada urin dengan bj
>/ 0,5
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk
menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap
wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 –
1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022,
dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada
kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari
1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima
pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi,
atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap
1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Pemeriksaan Nitrit Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Nitrat adanya Gram negatif
berubah menjadi nitrit. Nitrit dengan para-arsinilic acid dan
tetrahydrobenzoquinolin membentuk senyawa yang berwarna merah
Di
dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein,
yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia
coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim
reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine
telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti
tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk
nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam
kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim
bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah
menjadi nitrogen.
Spesimen
terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan
segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri
di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi
temuan laboratorium :
1. Hasil positif palsu karena
metabolisme bakteri in vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh
sebab apapun, pengaruh obat (fenazopiridin).
2. Hasil negatif palsu terjadi
karena diet vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi
antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin tidak
mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam kandung kemih selama
4-6 jam, atau berat jenis urine tinggi.
Pemeriksaan Leukosit Esterase Pada Urine Metode Carik Celup
Prinsip: Asam carbonat ester oleh
esterase yang terdapat pada granulosit akan membentuk indoxyl. Indoxyl
dioksidasi terbentuk senyawa indigo yang berwarna indigo.
Lekosit
netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes
lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit
(granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak
memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil
positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil
pemeriksaan carik celup.
Temuan
laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi
(>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi,
kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin,
tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine
basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan
Blood Urine Metode Carik Celup
Prinsip: H2O2 oleh
peroksidase yang ada pada Hb membentuk On dan H2O. On yang terbentuk
akan mengoksidasi benzidin (kromogen) membentuk senyawa berwarna hijau biru
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil
positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes
carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase
serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan
adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan
metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas
dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis
dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan
lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam
pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga
sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat
molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam
urine.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Hasil positif palsu dapat
terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung hipoklorid atau peroksida,
bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.
2. Hasil negatif palsu dapat
terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawet formaldehid,
nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat
tinggi.
3. Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
clinitex status :